by

Apa Beda Underdog dan Kuda Hitam?

Bagi penyuka sepak bola (atau juga olahraga yang lain) pasti mengenal dua istilah di atas. Sering pula dua istilah itu dijadikan satu makna. Meskipun, sejatinya, dua sebutan itu memiliki makna yang berbeda.

Perbedaannya bukan hanya pada kata binatangnya saja-satunya dog alias anjing satunya lagi kuda. Namun perbedaan itu ada pada latar sebab dari penggunaannya. Juga, berbeda dari serapan sejarah atau asal-usul istilah tersebut.

Underdog, sesuai dengan kata dog yang ada di akhir kata, mulanya digunakan untuk ajang adu anjing, dogfight. Setiap anjing yang kalah posisinya selalu di bawah. Sedangkan yang menang ada di atasnya. Underdog, untuk anjing yang pecundang. Topdog untuk the champ.

Dalam perkembangannya panitia dogfiht selalu punya list prestasi dari anjing-anjing peserta. Nah, anjing yang selalu kalahan akan dilabeli underdog. Sedangkan yang menangan berpredikat topdog.

Istilah inilah yang kemudian diadopsi oleh olahraga, salah satunya sepak bola. Untuk menggambarkan suatu peserta, baik perorangan atau tim, yang dianggap tak memiliki kans juara. Jadi, sejak awal kompetisi, tim yang dijuluki underdog peluangnya kecil menjadi jawaranya.

Lalu, kuda hitam? Ada cerita pada perhelatan Euro 2020-yang berlangsung pada 2021-lalu. Cerita itu berpusat pada kiprah Turki. Tim ini, meskipun tak memiliki sejarah prestasi sepanjang perhelatan Piala Eropa, namun menjadi salah satu tim yang digadang-gadang bakal menyulitkan tim besar. Menjadi kuda hitam turnamen.

Apa sebab? Turki tampil perkasa di fase kualifikasi. Mereka jarang kebobolan. Perancis pun mereka libas dengan skor 2-0.  Layak bila kemudian mereka dijagokan bakal membuat kejutan. Meskipun, bisa jadi, kejutan itu bukan menjadi juara Eropa. Tapi paling tidak menyulitkan tim-tim besar.

Hasilnya? Jauh panggang dari api. Turki justru babak bundas di fase grup. Tiga kali main, tiga kali kalah. Dari Italia kalah 0-3 sedangkan ketika berhadapan dengan Wales mereka kebobolan dua gol tanpa bisa membalas satu gol pun. Di pertandingan terakhir, ketika asa sebenarnya masih ada, Turki pun masih kalah dari Swis. Skornya, 1-3.

Dari cerita di atas, kuda hitam jelas bukan underdog. Mereka dilabeli kuda hitam karena punya catatan prestasi yang mumpuni. Serupa dengan Leicester City yang tampil sebagai kampiun Liga Inggris meskipun berpredikat tim promosi.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed